Selamat Datang Di Web Blog SDN Karet Tengsin 13 Pagi Jakarta Pusat

Sabtu, 22 Maret 2008

Target EFA Dipercepat

Denpasar, Rabu (12 Maret 2008)--Para menteri pendidikan dari sembilan negara berpenduduk terbesar dunia (E-9) sepakat untuk memperkuat kerjasama dan mempercepat pencapaian target pendidikan untuk semua atau EFA (Education for All). Komitmen bersama ini untuk mencapai enam target EFA pada 2015.

Negara-negara anggota E-9 mewakili 60% populasi penduduk dunia. Sejak deklarasi Dakar, negara-negara ini telah mengalami kemajuan yang signifikan di bidang kesetaraan gender, memajukan pendidikan dasar, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pada saat yang sama, tantangan utamanya adalah dua pertiga penduduk usia dewasa buta huruf yang tinggal di negara E-9 (Bangladesh, Brazil, Cina, Mesir, India, Indonesia, Meksiko, Nigeria, dan Pakistan).

Terkait dengan fokus tema pada peningkatan pendidikan dan pelatihan guru, para wakil delegasi percaya tidak ada sistem pendidikan dapat meningkat tanpa guru yang berkualitas. Diyakini guru merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengajaran yang kompeten dan profesional.

UNESCO memperkirakan pada 2015 akan dibutuhkan sebanyak 18 juta guru sekolah dasar (SD) baru di seluruh dunia. Sebanyak tujuh juta atau empat puluh persennya terdapat di negara E-9. "Kita kekurangan jumlah guru yang memenuhi kualifikasi, " kata Direktur Jenderal UNESCO Koichiro Matsuura saat memberikan keterangan pers usai penutupan pertemuan E-9 di Hotel Westin, Nusa Dua, Denpasar, Bali, Rabu (12/03/2008).

Koichiro menyampaikan, saat ini negara anggota E-9 berkonsentrasi untuk mencapai kebutuhan guru tersebut. Salah satunya diselenggarakan dengan melakukan kerjasama Selatan-Selatan. "Kerjasama dilakukan dengan berbagi pengetahuan dan best practices di bidang pendidikan," katanya.

Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan, kebutuhan guru di Indonesia dari sisi rasio tidak buruk, tetapi permasalahannya adalah redistribusi guru. "Kewenangan tidak sepenuhnya berada di pemerintah pusat. Harus duduk bersama-sama, terutama dengan pemerintah kabupaten atau kota."

Pada acara E-9 yang dimulai dengan pertemuan pakar pada 10 Maret 2008, Bangladesh, Pakistan, dan India akan menjajagi kerjasama dengan Indonesia di bidang pendidikan dan pelatihan bagi guru.

Bambang menambahkan, salah satu kerjasama antar negara anggota E-9 adalah di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). "Tidak hanya pembelajaran untuk siswa saja, tetapi untuk peningkatan kapasitas guru. Bidang ini sangat potensial untuk dilakukan kerjasama dan relatif mudah karena jaringan sudah tersedia. Selanjutnya adalah mengembangkan jaringan yang lebih besar antar sembilan negara ini."

Bambang menjelaskan, saat ini pemanfaatan TIK melalui pendidikan jarak jauh telah diselenggarakan di Universitas Terbuka dan beberapa perguruan tinggi (PT). Kegiatan teleconference yang tadinya beranggotakan tiga puluh PT, saat ini sudah lebih dari seratus PT. "Sekarang menjadi yang terbesar di kawasan Asia," katanya.

Dengan modal itu, kata Bambang, Indonesia siap melakukan kerjasama . "Di Cina sudah dilaksanakan secara ekstensif, lalu Meksiko, Brazil, dan India juga sudah. Sebagian besar anggota E-9 sudah melaksanakan, tinggal menghubungkan jaringan di masing negara, sehingga bisa berbagi."***

Sumber: Pers Depdiknas

Tidak ada komentar: